Kamis, 29 Januari 2015

Seberapa pantaskah kita?

Bicara tentang remunerasi aku malah teringat nasehat seorang pak de sebelum aku menikah. Bahwa menikah itu jangan hanya bayangkan enaknya saja, karena enaknya itu bisa saja dirasakan tanpa menikah. Tapi yang penting tanggung jawab. Pernikahan itu rangkaian tanggung jawab. Nasehat itu masih teringat, karena menurutku saat itu kalimat inilah yang menyadarkanku. Bahwa selalu ada konsekuensi kewajiban selain dari hak yang akan kita dapatkan.

Demikian halnya, remunerasi. Ini bukan perkara tambahan atas hak kita saja, melainkan juga tambahan kewajiban. Yang meresahkan adalah bayangan bahwa kewajiban yang akan aku emban itu di atas kualifikasi sebagai pegawai. Ada kekhawatiran justru potensi kedholiman yang akan aku perbuat. Karena menerima yang tak seharusnya pantas menjadi hakku.

Mungkin seperti kata Mario Teguh, bahwa kita harus memantaskan diri untuk menjadi seorang yang menerima gaji yang lebih besar.

Entah, seberapa pantaskah kita?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar