Senin, 02 September 2019

Bang Jampang

ia pengembara di lini masa peran dan fungsi
berkibaran awan mengiringi
jabatan demi jabatan datang dan pergi
hanya sisa tanya di akhirnya, jejak apa terukirkan?

ia memulai semua dari kata nyaman
kantor adalah rumahmu jua
jika teras rumahmu nyaman untuk nikmati kopimu, maka kantor pun mestinya begitu
jika meja makan di rumahmu tempat asyikmu berbincang maka demikian pula kantormu

maka pepohonan dirapikan, kantin gelap disulap jadi kafe, masjid meluas, gudang kosong menjadi ruang-ruang bincang yang tenang

dalam nyaman otak dibiarkan berkreasi diam-diam

ia dan penugasan serupa joki dengan sang kuda
seliar apapun kan coba ia taklukan
tak mudah untuk katakan tak bisa, karena penyangkalan tugas hanya menutup pintu kemungkinan menuju sukses
katakan iya saja, lalu memeras tenaga untuk meraihnya

kita punya otak kenapa tak dioptimalkan?

lalu berlarianlah kuda berpacu
debu beterbangan
melecut dalam ringkik
kendali erat tergenggam
hanya titik yang dituju yang terlihat
hanya titik yang dituju yang terlihat

lalu memerciklah residu juang itu
menjadi kembang api dalam seduh kopi, nyanyian bersama, sajian berbuka di setiap pekan, berbagi ke sekitar tanpa henti, terus bergerak, terus bergerak

ini hanya aksi dari reaksi atas kenikmatan yang telah terlimpah
ini hanya bukti pengabdian
hanya tak ingin menyerah
hanya tak ingin berhenti
karena berhenti bisa membuat kita mati.

KPP Pratama Mampang Prapatan, 02/09/2019
Poetoe

Rivea

ia di seberang meja
di telan cahya seolah senja
kita eja makna
baris-baris kata

ia di bandara
hinggap di sebuah kota
kubayangkan ia
berjalan penuh harap

jarak jadi nada
berdendangan pada birama
hanya ingin membersama
lalui gawai semoga tak sia sia

masa depan ia seret
menyeberangi ruas masa
mimpi berterbangan di sisi sisi
doa doa berkibaran

28/08/2019
Poetoe

Senin, 02 Oktober 2017

Di sini, dia bekerja untuk Tuhan


Ditulis oleh Ivan Styo Wibowo, Account Representatif di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Mampang Prapatan dalam rangka pemilihan pegawai teladan Direktorat Jenderal Pajak 2017. 
  
Sektor pajak merupakan primadona pendapatan dan menjadi salah satu penopang jalannya pembangunan di Indonesia. Karena penerimaan dari sektor perpajakan merupakan 80% lebih dari penerimaan negara baik pajak pusat maupun pajak daerah. Untuk itu seluruh elemen yang berperan dalam proses penerimaan negara khususnya penerimaan sektor perpajakan diharapkan bekerja secara optimal dalam melakukan tugasnya mencapai penerimaan.
Kebijakan Pengampunan Pajak yang baru saja berakhir pada 31 Maret 2017 lalu menjadi salah satu cerita manis bagi Direktorat Jenderal Pajak. Dengan capaian total harta yang dilaporkan oleh Wajib Pajak sebesar Rp. 4.855 trilyun, dengan rincian deklarasi harta di dalam negeri Rp. 3.676 trilyun, harta luarnegeri Rp. 1.031 trilyun, reptriasi Rp. 147 trilyun dan pencapaian uang tebusan sebesar Rp. 114 trilyun. Pencapaian penerimaan tersebut bila ditambah dengan pembayaran bukti permulaan Rp. 1,75 trilyun dan pembayaran tunggakan sebesar Rp. 18,6 trilyun total mencapai Rp. 135 trilyun penerimaan dari program Pengampunan Pajak tersebut. Ya, saya katakan cerita manis karena pencapaian tersebut merupakan salah satu program Pengampunan Pajak terbaik di dunia.
Keberhasilan Direktorat Jenderal Pajak tersebut tidak terlepas dari peran dan sinergi seluruh komponen bangsa ini, yaitu Wajib Pajak, Apindo, Kadin, Dewan Pers, Perbankan dan juga seluruh Pegawai Pajak yang bekerja siang malam tanpa lelah mengawal kesuksesan program Pengampunan Pajak ini.  Seluruh pegawai pajak ditugaskan selama 9 bulan mulai dari 1 Juli 2016 sampai dengan 31 Maret 2017 tanpa henti siang malam, sampai waktu liburpun yang seharusnya digunakan untuk berkumpul bersama keluarga atau setidaknya untuk beristirahat rela dikorbankan untuk melayani Wajib Pajak yang ingin melaporkan Pengampunan Pajak.
Di sinilah penulis mulai mengenal sosok pegawai Direktorat Jenderal Pajak, sosok penerus masa depan birokrasi, sosok muda energik yang tak kenal lelah melayani baik Wajib Pajak maupun teman-teman sesama pegawai pajak. Penulis ingin menyebutnya dengan sebutan Del.

Pada tugas piket Pengampunan Pajak Del yang lahir pada bulan Juni 1994 ini bertugas sebagai Pengarah Layanan, yang sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak bertugas:   
1.      Meneruskan Surat Pernyataan kepada Subtim Peneliti; 
2.      Menghubungkan Wajib Pajak dengan Subtim Peneliti; dan 
3.      Menyerahkan tanda terima kepada Wajib Pajak.
Tugas yang diberikan dengan sangat bertanggung jawab dikerjakan oleh Del. Di setiap tugas piketnya dia hadir melayani dengan penuh senyum, dengan tutur kata yang baik dan dengan kecepatan yang dimiliki dia berhasil membuat banyak Wajib Pajak senang atas pelayanannya. Selain sebagai pengarah layanan Del ditugaskan oleh KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan sebagai “Dokter Exel”, tugas yang tidak ada dalam Surat Edaran tersebut tetapi sangat penting dalam proses penerimaan Surat Pernyataan Harta pada program Pengampunan Pajak kali ini. 

Kami di sini menyebutnya Dokter Exel, iya dia bertugas memperbaiki file yang dibawa oleh Wajib Pajak dan memastikan bahwa file tersebut dapat terbaca pada Aplikasi Pengampunan Pajak. Terdengar mudah dan tidak sulit, tetapi sering kami para petugas baik penerima maupun peneliti kuwalahan untuk memperbaiki file yang tidak dapat terbaca oleh Aplikasi Pengampunan Pajak ini. Tetapi bukan Del kalau dia mengeluh diberikan tugas ini, sekali lagi dia menunjukan bahwa dengan senyum, keikhlasan, dan kegigihan semua tugas ini dapat diselesaikan dengan baik. Tak jarang dia bertugas dari pagi sampai sore hari untuk mensukseskan program Pengampunan Pajak ini, pagi dia bertugas sebagai Pengarah Layanan disambi sebagai Dokter Exel kemudian siang dia bertugas sebagai Dokter Exel, begitupun sebaliknya. Kami semua senang dilayani oleh saudara Del ini, terlebih Wajib Pajak yang tidak perlu kembali ke kantornya untuk memperbaiki kesalahan bentuk file, kesalahan rumus atau hanya kesalahan tulis yang secara manusiawi dilakukan oleh seorang manusia. 

Sering saudara Del ini pulang larut untuk menyelesaiakan tugas pokoknya di seksi Pengolahan Data dan Informasi. Tugasnya sebagai Pengarah Layanan dan Dokter Exel tadi telah sering menyita waktunya yang ditugaskan oleh negara selama 9 jam 30 menit, sehingga untuk mengerjakan tugas rutinnya dia sampai harus mengerjakannya di waktu setelah jam kerja berakhir. Hari berganti waktu berlalu, perasaan letih, bosan, dan perasaan ingin segera berkhir 9 bulan ini banyak menghampiri kami. Tetapi hal itu seolah tidak pernah terlihat pada diri Del, sampai pada akhir bulan ke sembilan pada hari akhir, jam akhir, menit akhir dan detik akhir bahkan lebih dari pukul 24.00 WIB tepatnya pada pukul 01.00 WIB tanggal 1 April 2017 tugas pelayanan Pengampunan Pajak sukses dijalani oleh Del. Pengalaman bekerja bersamanya sungguh menginspirasi saya untuk terus bekerja dengan hati di instansi ini. Program Pengampunan Pajak telah berakhir, kesuksesan Direktorat Jenderal Pajak dalam program inipun talah diraih. 

Saatnya kami berfikir untuk sejenak beristirahat, dengan menurunkan tingkat bekerja dari gigi lima menjadi gigi dua. Saya fikir banyak pegawai melakukan hal yang sama dengan menurunkan perseneling ini, tetapi sekali lagi saya tidak melihatnya pada diri Del. Dia tetap bertugas dan setau saya tidak pernah menurunkan kecepatannya dalam bekerja. Bulan Aprilpun mulai memasuki masa pertengahan, disini saya punya cerita mengenai Del ini yang sama-sama ditugasi sebagai tim penerima SPT Tahunan tahun  2017 pada KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan. Saya bertugas sebagai peneliti SPT dan Del bertugas sebagai pembuat tanda terima SPT Tahunan, kami bersinergi dan melakukan tugas ini dengan baik. Selain sebagai pembuat tanda terima SPT Tahunan Del juga bertugas memperbaiki file csv. yang digunakan oleh Wajib Pajak yang menyampaikan SPT nya secara elektronik. Hari berganti waktu berlalu semua kami lakukan dengan suka cita di kantor ini. Sampai saatnya di hari terakhir penerimaan SPT Tahunan Wajib Pajak Badan pada hari kerja yaitu 28 April 2017, kali ini kami ditugaskan tanpa melebihi jam kerja alias tanpa lembur. Yes, mungkin kata itu yang pertama terucap karena biasanya pada hari-hari terakhir terakhir kami ditugaskan sampai melebihi jam kerja normal kami. Dan biasanya di akhir periode di hari liburpun demi melayani Wajib Pajak kami ditugasi masuk, tetapi kali ini kami hanya ditugasi melayani Wajib Pajak sampai pukul 16.00 WIB. 

Kami pun mencoba melayani Wajib Pajak dengan penuh keikhlasan dan senyuman, pukul 16.00 WIB pun telah berlalu. Akhirnya kami ditugasi sampai dengan Wajib Pajak yang telah memiliki nomor antrian selesai dilayani semua. Tepatnya pada pukul 19.30 WIB saya menerima dan meneliti salah satu Wajib Pajak perusahaan A. Seorang pegawai dari perusahaan tersebut datang membawa fisik SPT Tahunan dan flasdisk berisi file csv. setelah dilakukan penelitian pada aplikasi viewer SPT Tahunan PPh Badan, file yang dibawa oleh pegawai tersebut tidak bisa dibaca. Di sini saya meminta batuan Del untuk mencoba memperbaiki file tersebut, karena masih terdapat antrian lain di depan saya sehingga Wajib Pajak tersebut saya arahkan menemui Del di lt. 2. Untuk memperbaiki file csv. Wajib Pajak seharusnya membawa folder Database (DB) karena memperbaiki file csv. tersebut dibutuhkan folder DB tersebut. Sampai akhirnya semua Wajib Pajak telah selesai saya layani, Wajib Pajak perusahaan A tersebut belum juga kembali ke lantai 1 tempat dimana peneliti dan pencetak tanda terima SPT Tahunan bertugas. Akhirnya saya datang ke lantai 2, di situlah diruangan Del saya melihat Del dengan sangat sabar melayani Wajib Pajak. Ternyata masalahnya adalah pegawai perusaan A tersebut tidak membawa folder Database pada flasdisk nya. Beberapa orang menyarankan agar dia mengirimkan SPT Tahunan dan flasdisk yang dilengkapi dengan csv. dan folder Database melalui Pos tercatat atau jasa pengiriman lainnya pada esok atau lusa karena masih belum terlambat dalam penyampaian SPT Tahunan. 

Sekali lagi saya ditunjukan seorang hebat yang tanpa pamrih melayani Wajib Pajak, dia tidak menyerah saat Wajib Pajak tidak membawa folder database, dia meminta agar teman dari Wajib Pajak yang masih berada di kantor Wajib Pajak mengirimkan email folder database. Pegawai Wajib Pajak yang datang ke KPP pun segera menelepon dan meminta dikirimkan folder database. Pegawai yang berada di kantor Wajib  Pajak sudah mengirimkan file database dan saudara Del pun akhirnya memperbaiki csv. tetapi ternyata folder yang dikirim oleh pegawai yang berada di kantor Wajib Pajak tersebut salah yaitu SPT Tahunan tahun 2015 sedangkan Wajib Pajak akan melaporkan SPT Tahunan tahun 2016. Pegawai dari Wajib Pajak yang datang ke KPP pun sudah pasrah dan berniat menyampaikan SPT Tahunan melalui pos atau jasa ekspedisi tercatat lainnya. Tetapi saudara Del belum juga menyerah, dia memiliki ide untuk me-Remote komputer Wajib Pajak yang berada di kantor Wajib Pajak atas ijin Pegawai yang datang. Saya berucap dalam hati, gila nih si Del pantang menyerah banget. Akhirnya setelah sekitar 15 menit saudara Del berhasil menemukan tempat folder Database yang tersimpan di komputer milik Wajib Pajak, sementara pegawai yang bekerja di tempat Wajib Pajakpun sudah menyerah untuk menemukan folder database tersebut Del berhasil menemukan dengan cara me-Remote dan akhirnya dia berhasil memperbaiki file csv. malam itu sekitar pukul 20.45 WIB Wajib Pajak perusahaan A berhasil melaporka SPT Tahunan PPh Badan dan menjadi Wajib Pajak terakhir yang melaporkan SPT Tahunan pada hari itu. 

Meskipun saya berbeda keyakinan dengan saudara Del ini, tetapi sekali lagi dia menunjukan bahwa dia bekerja bukan hanya untuk dirinya, bukan hanya untuk kantornya, bukan hanya untuk Direktorat Jenderal Pajak, tetapi seperti dalam keyakinannya “Di sini, dia bekerja untuk Tuhan.”

Jakarta, 15 Mei 2017

Ivan Styo Wibowo



Selasa, 07 Februari 2017

Dita

banyak kata terwakili oleh senyuman
bermakna ketulusan,
kesiapan untuk berikan bantuan,
namun terkadang juga serupa harapan untuk dimengerti

saat harus menggunakan kata pun
kau memilih senyap sebagai latar
volume yang berbatas, memaksa kami perlahan mendekat
caramu indah membuat semua lebih personal

walau tenang, nyaris tanpa gelora
bahkan saat benturan keras datang pun tetap dengan senyuman
kau sejatinya bergerak cepat
kupu-kupu yang sigap terbang cepat, namun tetap anggun
tak goyangkan ujung daun.

kebersaaman di ruang kerja, yang tetap senyap
namun hangat dan dekat
kami pasti rindu.

Selamat berkarya di tempat baru, teman.

Waskon Empat Mampang Prapatan.
~Fant4stic~


Rabu, 10 Juni 2015

Bekerja sebagai ibadah

(Uraian atas kajian tarhib Ramadhan1436 H, di Masjid Al Hikmah KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan, ust. Kh. Anwar Nasihin, Lc)

Selalu ada harga yang dibayar atas sesuatu yang ingin diperoleh, baik dengan harta maupun jiwa, karena hidup ini perihal sebab akibat. Lelah atas apa yang diperjuangkan itu nikmat luar biasa, betapa banyak orang blm sadar bahwa kemuliaan tak dapat diraih melalui impian-impian dlm tidur. Bukankah jika tidak lelah, berarti tidak ada sesuatu yg kita perjuangkan?
Setidaknya terdapat 8 kelelahan yg disukai Allah SWT, yakni ;
1. Lelah dalam berjihad di jalan-Nya. (QS. At-Taubah : 111)
Jangan sempit dlm mengartikan jihad, sesungguhnya kesungguhan kita menjaga kehormatan bisa bernilai jihad. Menjaga kehormatan agama, nyawa, harta, keluarga, dan kemaluan. Kehormatan adalah salah satu bentuk ujian dan cobaan, Allah memberikan nikmat-Nya kpd umat manusia agar Dia bisa melihat siapa yg menerimanya dgn baik, lalu mensyukuri, menjaga, mengembangkan, serta mengambil dan memberi manfaat darinya. Sungguh kenikmatan merupakan tolok ukur, sejauh mana orang2 yg bersyukur mensyukurinya dan sejauh mana pula orang2 yg kufur mengingkarinya.
2. Lelah dlm berdakwah di jalan Allah. (QS. Fussilat : 33)
3. Lelah dlm beribadah dan beramal soleh. (QS. Al. Ankabut : 69)
4. Lelah mengandung, menyusui, merawat, dan mendidik anak. (QS. Luqman : 14)
5. Lelah dlm mengurus keluarga. (QS. At-Tahrim : 6)
6. Lelah dlm menuntut ilmu. (QS. Ali-Imran : 79)
Kebahagiaan, kedamaian, dan ketentraman hati senantiasa berawal dari ilmu pengetahuan. Itu terjadi karena ilmu mampu menembus yg samar, menemukan sesuatu yg hilang, dan menyingkap yg tersembunyi. Alangkah mulianya ilmu pengetahuan. Alangkah gembiranya jiwa seseorang yg menguasainya. Alangkah segarnya hati orang yg penuh dengannya, dan alangkah leganya perasaan orang yg menguasainya.
7. Lelah dlm menghadapi cobaan/ musibah. (QS. Al-Baqarah : 155)
Ada hal-hal besar dalam setiap musibah yg menghampiri : ada kesabaran, ada takdir, ada pahala, ada tuntutan agar hamba menyadari bahwa Yang Mengambil adalah Yang Memberi, dan bahwa Yang Mencabut adalah Yang Menganugerahkan. Betapa banyak orang yg sudah putus asa namun kemudian datang kegembiraan, sungguh banyak orang ketakutan menjadi menakutkan dan peristiwa yang pahit berubah manis. Kesulitan2 itu sebenarnya akan menguatkan hati, menghapuskan dosa, menghancurkan rasa ujub,  dan menguburkan rasa sombong. Kesulitan2 akan menyalakan lentera dzikir dan meluruhkan kelalaian.
8. Lelah dlm mencari nafkah yg halal.
"Apabila telah dilaksanakan shalat, maka bertebaranlah kamu di bumi. Carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung." (QS. Al-Jumu'ah : 10)
Dalam Islam bekerja bukan sekadar memenuhi kebutuhan perut, tapi juga untuk memelihara harga diri dan martabat kemanusiaan yang seharusnya dijunjung tinggi. Karenanya, bekerja dalam Islam menempati posisi yang teramat mulia. Kewajiban seorang suami dan ayah adalah menafkahi, baik lahir maupun batin. Bekerja atau mencari rezeki yang halal merupakan ibadah. Rasulullah SAW menegaskan, bekerja untuk mencari nafkah merupakan kewajiban (fardlu). Alkisah, ketika Rasulullah SAW pulang dari perang Tabuk, beliau bertemu dengan salah seorang sahabatnya, Sa'ad bin Abi Waqqas. Ketika bersalaman, terasa oleh Rasulullah telapak tangan Sa'ad yang kasar, betapa tangannya kasar, kering dan kotor. Ketika ditanya Sa’ad menjawab bahwa tangannnya menjadi demikian karena bekerja mengolah tanah dan mengangkut air sepanjang hari. Mendengar itu Rasulullah SAW serta merta mencium tangan Sa’ad dan bersabda: “Tangan ini dicintai Allah dan Rasul-Nya dan tidak akan disentuh api neraka!” Masha Allah, betapa Islam sangat memuliakan orang2 yg bekerja keras.
Bagaimanakah Islam menggariskan teknis dalam bekerja? Diantaranya adalah ihsan dan itqan yang dapat disetarakan dengan istilah profesionalisme.
Allah telah menetapkan bahwa segala hal harus memiliki pondasi ihsan,
“Sesungguhnya Allah menetapkan ihsan atas segala sesuatunya” (HR Muslim)
Dalam pekerjaan, ihsan berarti memenuhi hak pemberi kerja (perusahaan), pekerja (karyawan), rekan, pelanggan, serta para stakeholder lain sesuai bidang pekerjaan tersebut.
Anjuran berikutnya ialah itqan yang bahasa arabnya diartikan sebagai rapi dan paripurna dalam sesuatu yang memerlukan keahlian.
“Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta`ala mencintai jika seorang dari kalian bekerja, maka ia itqon dalam pekerjaannya” (HR Baihaqi)
Itqan dalam bekerja mengharuskan pelaksanaannya secara prosedural, proporsional, dan progresif. Pekerjaan harus dilakukan dengan benar dan disiplin menaati aturan serta tuntutan prosedur. Ia juga mesti dijalankan pada waktu yang seharusnya sesuai proporsi jam kerja dan tenggat tertentu. Kemudian tidak sekadar selesai, namun juga berupaya agar bisa mengembangkan pekerjaan, progresif untuk mencapai hasil dan nilai yang lebih baik dari tahapan ke tahapan; dari masa ke masa.
Teruslah berbuat baik, janganlah pernah merasa diri ini sudah cukup baik. Karena sesungguhnya hal itu hanya akan membuat diri membatasi dari perbuatan baik. Akan ada balasan dari setiap yg kita lakukan, Allah menjamin orang2 yg ihsan atas jannah yg demikian indah. Hal tersebut termaktub dlm QS. Yunus : 26 yang berbunyi "Bagi orang-orang yg berbuat baik, ada pahala yg terbaik (surga) dan tambahannya (kenikmatan melihat Allah). Dan wajah mereka tdk ditutupi debu hitam dan tdk (pula) dlm kehinaan. Mereka itulah penghuni surga,  mereka kekal di dalamnya."

Sekian.
Khairunnas anfa'uhum linnas. Semoga bermanfaat.

**Nuke Listiawati.

Kamis, 04 Juni 2015

jangan takut untuk mengaku takut

Terkadang dengan berdalih "dewasa" kita letakkan kata takut pada sisi negatif. Seperti enggan ditakut-takuti. Padahal ternyata takut akan dosa lalu masuk neraka itu yang membuat kita tetap beribadah dan jauhi sikap tercela. Takut pada hukuman juga yang memotifasi kita patuhi aturan. Demikian pula takut melukai hati orang lainlah yang membuat kita bersikap sopan dan lembut hati.

Kita butuh takut, untuk bertahan dalam kebaikan dan beranjak menjadi lebih baik.

Kamis, 29 Januari 2015

Seberapa pantaskah kita?

Bicara tentang remunerasi aku malah teringat nasehat seorang pak de sebelum aku menikah. Bahwa menikah itu jangan hanya bayangkan enaknya saja, karena enaknya itu bisa saja dirasakan tanpa menikah. Tapi yang penting tanggung jawab. Pernikahan itu rangkaian tanggung jawab. Nasehat itu masih teringat, karena menurutku saat itu kalimat inilah yang menyadarkanku. Bahwa selalu ada konsekuensi kewajiban selain dari hak yang akan kita dapatkan.

Demikian halnya, remunerasi. Ini bukan perkara tambahan atas hak kita saja, melainkan juga tambahan kewajiban. Yang meresahkan adalah bayangan bahwa kewajiban yang akan aku emban itu di atas kualifikasi sebagai pegawai. Ada kekhawatiran justru potensi kedholiman yang akan aku perbuat. Karena menerima yang tak seharusnya pantas menjadi hakku.

Mungkin seperti kata Mario Teguh, bahwa kita harus memantaskan diri untuk menjadi seorang yang menerima gaji yang lebih besar.

Entah, seberapa pantaskah kita?

Teman kita adalah....

Teman memang terasa saat ia bisa menjadi tempat bersandar, tempat curahan hati, atau saat ia mendukung apa yang kita lakukan. Terkadang kita merasa tak nyaman ketika seorang teman justru mengkritik kita, menegur kesalahan kita, meluruskan kita saat kita bengkok. Padahal sejatinya mengkritik, menegur, dan meluruskan itu yang lebih kita butuhkan dari seorang teman.

Mungkin karena teman itu cermin. Tempat kita mampu melihat diri kita di sisi yang tak terlihat oleh kita. Kita butuh teman sebagai mata kita yang lain, sebagai telinga kita yang lain. Ia menjadi seorang yang segera memegang lengan kita erat saat kita nyaris tergelincir ke dalam jurang. Kita memang butuh teman.

Saat tak ada teman mungkin sudah lama kita tersesat. Atau terpeleset ke dalam jurang dan tak bisa bangkit lagi. Walaupun terkadang ia hanya mengingatkan apa yang pernah terucap oleh kita namun kita lupakan. Terkadang hanya mendelik sampaikan sinyal ketidaksetujuan. Terkadang juga hanya sampaikan ketidaknyamanannya atas apa yang kita lakukan. Dan ternyata semua itu menyelamatkan kita.

Teman adalah pengkritik kita, adalah cermin kita, adalah penyelamat kita.

Terima kasih teman.

Minggu, 25 Januari 2015

Reputasi?

Reputasi
Citra
Nama baik.....

Adakah kemasan kita mendustai isinya?

Harga diri
Menghargai diri
Menghargai diri terlalu tinggi

Pantaskah kita mudah tersinggung dan sakit hati..?

Karakter
Niat baik
Nilai sejati diri

Kelam atau mempesonakah kita jika tanpa polesan?