Kamis, 11 Oktober 2012

Sinergi The Avengers Team, 1+1>2



(Tulisan Ziza, seorang fiskus yang penyuka film)
Sudah pernah nonton The Avengers tentunya ya?? Film blockbuster yang direlease akhir April 2012 ini sukses meraup Rp.13.2 Triliun dalam waktu satu bulan saja. Tentu saja bukan kesuksesan The Avengers dalam meraup penghasilan fantastis yang memukau saya hingga ingin menuliskan sesuatu tentang film ini.
The Avengers mengajarkan saya tentang satu hal menarik, sinergi. Sesuatu hal yang mudah diucapkan namun sangat sulit untuk dilaksanakan. Terutama karena sinergi melibatkan bukan hanya satu orang, tetapi banyak orang dalam pelaksanaannya.
Ketika awalnya kita bicara mengenai bakat yang dimiliki para Avenger mungkin akan terbayang bila Thor -dengan kekuatan palunya yang sanggup menghancurkan apa saja-, Iron Man -dengan teknologi baju roboticnya yang super canggih-, Captain America -yang kuat-, Hulk -yang cerdas dan kuat-, Hawkeye sang Legolas modern, serta Black Widow -yang mumpuni dalam bertarung- akan dengan mudah menghancurkan kekuatan musuh dalam waktu singkat dan tentu saja, mudah.
Akan tetapi, bakat-bakat unggulan itu dibarengi dengan sifat yang fatal, yaitu ego yang tinggi. Captain Amerika merasa bahwa dialah prajurit senior yang seharusnya memimpin koordinasi para Avenger, sedangkan Iron Man merasa bahwa dia sebenarnya bisa mengalahkan musuh-musuhnya itu dengan teknologi yang dimilikinya, tanpa bantuan superhero lainnya. Lain halnya dengan Hulk yang sensitif dan sering emosi ketika mendengar kritikan dari Thor yang merasa dirinya dewa. Hanya Black Widow dan Hawkeye -yang notabene hanya manusia biasa tanpa kekuatan super sangar-  yang bersifat kalem serta tertata emosinya melihat para superhero lain berlomba saling meninggikan egonya.
Lalu, bagaimanakah nasib penduduk bumi yang menggantungkan kelangsungan masa depannya pada pundak mereka? Ketika Avengers masih sibuk berseteru dan sempat bertarung sendiri-sendiri dengan para alien yang jumlahnya ribuan pastinya banyak korban tak bersalah yang jatuh dan mati sia-sia. Hal itulah yang menyadarkan para Avenger untuk terus bersinergi. Menggabungkan kelebihan kekuatan yang mereka miliki untuk membela penduduk Bumi. Berkoordinasi mengenai strategi dan akhirnya kompak bahu membahu melawan para alien jahat.
Anda tentu dapat membayangkan susahnya menggabungkan enam orang superhero dengan bakat (dan ego) yang tinggi dalam satu visi dan misi. Dalam film tersebut diceritakan butuh waktu (dan tentu saja kerelaan) bagi para superhero untuk akhirnya  bersatu dan kompak menghadapi musuh yang tangguh. 
Nah, dari cerita panjang The Avengers tersebut, dapatkah kita mengambil sesuatu yang penting untuk digarisbawahi dalam keberlangsungan Direktorat Jenderal Pajak tercinta ini? Kalau saya, tentu saja bakat unggul para DJP’ers serta keberagamannya.
Di Direktorat Jenderal Pajak, walaupun dituntut untuk “bisa” dalam berbagai bidang, tentunya akan ada pegawai-pegawai yang unggul dalam bidang atau keahlian tertentu. Kita bisa melihat kelihaian Bapak Dedi Rudaedi berbicara dalam berbagai media menghadapi pemberitaan negatif DJP belakangan ini.
Pun begitu, di level bawah, saya pribadi kagum dengan para pegawai yang terpilih sebagai Pegawai dengan Kinerja Terbaik Tahun 2012 (kebetulan saya terlibat sebagai panitia acara) kemarin. Ketika bertemu dengan mereka, terasa sekali atmosfer unggul itu positif.
Dalam pikiran saya, langsung tergambar bahwa mereka pasti pegawai yang benar-benar profesional seperti para Avenger itu. Memiliki bakat dan pemikiran lebih maju dalam pekerjaan mereka. Walaupun tak berbicara banyak, presentasi mereka menyingkapkan banyak hal mengenai ide dan pemikiran cerdas tentang pekerjaan yang dihadapi dalam kesehariannya.
Tetapi, apakah dalam keseharian itu, mereka bekerja sendiri? Apakah mereka tergolong “one man show” yang kelihatan unggul dalam pribadi namun payah dalam kerjasama tim?
Ah, singkirkan jauh-jauh perasaan itu. Sifat egois dalam pribadi mereka tak kelihatan sama sekali tuh. Yang ada malah sifat ingin memperbaiki DJP secara bersama-sama, bersinergi dan satu kesatuan tim. Karena mereka menyadari bahwa sinergi itu penting sebagai salah satu nilai-nilai Kementerian Keuangan.
Pandangan saya sendiri, sinergi kadang sesuatu yang “langitanbanget. Apalagi bila bertemu dengan orang-orang berbakat  yang cenderung one man show . Wah, sudah pasti ego tingginya yang akan selalu dikedepankan.
Terlalu pesimis, eh?? Mungkin saja. Untung saja pikiran buruk saya perlahan-lahan bergeser dengan bertemunya saya dengan orang-orang berbakat yang positif. Selain bertemu dengan para petugas yang terpilih sebagai Pegawai Berkinerja Terbaik tahun 2012,  saya juga bertemu dengan orang-orang positif di Forum Pelayanan Kanwil DJP Jawa Tengah I.
Dalam forum tersebut terasa sekali bahwa sinergi bukan sesuatu mengenai keseragaman, bahkan dibutuhkan keragaman dalam mencapainya. Keragaman dan perbedaan potensi tersebut saling mengisi dalam level sistem, sehingga menimbulkan efek 1+1>2.
Waw, benarkah? Pasti benar. Dalam salah satu artikel yang saya baca, sinergi berkaitan erat dengan salah satu sifat dari sistem, yaitu emergence.  Emergence adalah sifat yang muncul ketika elemen-elemen dalam sistem tersebut disatukan dan dirangkai menjadi system properties yang tentu mempunyai fungsi beberapa kali lipat dibandingkan bila element-element properties tersebut bekerja sendiri.
Gampangnya, hal tersebut dapat saya lihat pada menu makan siang saya yang terdiri dari nasi putih dengan lauk rendang dan sayur daun singkong. Paduan pas dari elemen-elemen makan siang saya membuat nilai tambah yang membuat saya lebih berselera makan daripada saya harus makan nasi putih saja atau malah daging atau sayur singkong secara terpisah.
            Lalu, bagaimana menyatukan segala macam perbedaan tersebut supaya pas dipadukan dan saling mengisi, bukan saling bersaing atau malah menyerang? Jawabannya adalah niat baik, pengertian, sangka baik, saling menghormati dan saling percaya.
Niat baik akan menjadikan awal suatu pekerjaan terasa lebih ringan dan bersemangat, seperti halnya semangat dr. Bruce Benner (Hulk) dalam pekerjaannya sebagai peneliti. Pengertian akan membuat batas kesabaran seseorang terhadap kelemahan yang lain menjadi lebih baik seperti sifat pangerten sang Captain America, sedangkan sangka baik, saling menghormati, dan saling percaya akan membuat tim lebih solid serta lebih maksimal sebagaimana Avengers Team dalam menghadapi musuh-musuhnya.
Off course, it’s always easier to say than to do. Tapi semua harus belajar, belajar itu sendiri tidak terbatas waktu dan tempatnya bukan? So come on, lets start to learn about 1+1>2. The whole is greater than the sum of its elements

Selasa, 13 Maret 2012

PNS yang tidak boleh kaya


Ada yang bilang PNS tidak boleh kaya, tapi itu tidak masalah, karena memang tak ada dalam cita2 menjadi kaya; dan tak harus kaya kan untuk jadi bahagia...
Mas Noer Nurkidin Kata siapa ga boleh kaya ???? hahahahahaha, Kaya hati dengan perbanyak shodaqoh, Kaya Ilmu dengan berbagi ilmu yang bermanfaat, Kaya Fikir dengan memikirkan nasib kita setelah mati, Kaya Jiwa dengan perbanyak istighfar.....
'Erwin Saripudin As' maksud nya, mungkin : PNS tidak boleh kaya, kalau mau kaya jangan jadi PNS atau dibalik Kalau mau kaya jangan jadi PNS, karena PNS tidak boleh kaya ... he he he
Ashari Mazmei lebih baik PNSBAHAGIA......... trus yang lainnya boleh ikutan donk
Hapsari A Wibowo adakah dalam hati kita yang tak punya cita2 untuk kaya...hayooo jujur....
Nugroho Putu Warsito jujur: tidak... hehehe... jika harus kaya itu semata tugas yang harus dijalankan saja.... Kerja keras harus, tapi kaya atau tidak kaya itu hanya akibat saja....
Freds Rajendra klo mo kaya ya bisnis aja kaya Rosul....
Hapsari A Wibowo hi..hi...setiap kerja keras kan pasti ada target2 yang di capai..semoga masih banyak PNS yang jujur, kaya, banyak sodaqoh dan berbahagia....
Nugroho Putu Warsito kerja keras - kaya/miskin (sama saja) - bermanfaat - takwa - bahagia
Freds Rajendra kan bukannya kita juga harus kaya supaya bisa memberi yg miskin...
Nugroho Putu Warsito orang kaya lebih mudah untuk bermanfaat bagi orang lain, namun tidak harus kaya untuk menjadi bermanfaat.... hehehe
Freds Rajendra judulnya kaya boleh kan...???
Freds Rajendra punya duit 1 milyar aja dah disorot...???susah emang orang Indonesia
Freds Rajendra udah ntar beli safety box yg besar aja...ga usah simpen di bank
Su Hartono  Katanya untuk menghitung kekayaan yg sesungguhnya adalah berapa harta yg dibelanjakan di jalan yg benar. Jadi semakin kaya maka jumlah harta yg masih dimilik (tertitipi)i semakin sedikit, demikian sebaliknya kalau ada orang punya rekening gedut mungkin saja dia orang miskin karena tidak ada harta yg dibelanjakan di jalan yg benar
'Hildan Salam Smangat Siapa pun boleh kaya kok Pak. Yang melarang PNS utk kaya hanya belum bijaksana dlm memandang hidup ^_^
Moch Romadhon Budi Yuwono kaya & bahagia adl pilihan, menjadi kaya & bahagia banyak cara & pilihannya, maka pilih cara kaya & bahagia ala Rasulullah & para Sahabat......
Hesti Kurniasih klo kaya bs lebih banyak menolong orang dengan kekayaan yg dimilikinya :D
Nugroho Putu Warsito jika tidak bercita-cita kaya, kita lebih mudah untuk bahagia dalam kondisi kaya maupun miskin...

Jadi setelah coba direnungkan, diperbincangkan dengan beberapa pihak, tetap saja… tidak ada dalam daftar “keinginanku” untuk menjadi kaya.  Kaya bagiku adalah hasil saja, hanyalah konsekuensi logis dari kerja keras. Itu pun belum tentu, karena kadang kerja keras sekali pun tidak membuat kita menjadi kaya, dan itu tak masalah. Kaya menjadi mimpi, menjadi cita-cita, menjadi keinginan, hanya akan menciptakan sakit hati saat tidak bisa mencapainya. Coba bandingkan jika yang menjadi cita-cita, mimpi, harapan itu “bahagia”…. Maka, bahagialah kita, dengan kaya ataupun tidak kaya. Karena tak harus menjadi kaya untuk bisa bahagia. Karena bahagia itu cara pandang sebagai mana cerdas itu gaya hidup.
Lalu apa bahayanya bercita-cita menjadi “kaya”? Sebenarnya sih tidak apa-apa. Namun berpotensi pada kesalahan cara pandang. Dengan menjadikan “kaya” sebagai cita-cita itu seperti mengkerdilkan cita-cita kita untuk sekedar “kaya”. Oh ya, maaf, pengertian “kaya” di sini itu “kaya” harta ya… bukan kaya secara lebih umum, seperti kaya hati, kaya cinta…

Ingin menjadi Kaya harta, itu adalah salah satu sebab kerusakan system sosial kita. Karena keinginan tersebut bisa mengundang seseorang menjadi “curang“.

Selasa, 28 Februari 2012

Lalui Badai sekali lagi


Para penjahat anti reformasi itu rajin menyebar kabar bahwa reformasi birokrasi telah gagal; mereka berharap reformasi berhenti. Tapi PASTI mereka keliru....
Top of Form
adalah konspirasi, mereka yang membangun opini negatif dan para pendukung kesesatan itu, mereka bermain di ranah sistem, kaderisasi pelaku, juga media... konsipirasi itu semakin kasat mata.
bagi para pendukung kerusakan di muka bumi ini, reformasi itu menyebalkan... perbaikan itu musuh utama mereka.

Namun Reformasi Birokrasi DJP PASTI berlanjut... Soliditas internal menjadi hal yg utama, jangan biarkan "kepentingan2" kekuatan anti reformasi itu mengoyak ikatan kita...Bottom of Form


Seorang yang visioner akan bekerja lebih berkualitas; teringat Abu Darda' yang bergumam "Surga.. surga.. surga" saat hendak menghadang lawan dengan pedangnya. Kepada teman2 di Direktorat Jenderal Pajak yang berjuang pertahankan Reformasi Birokrasi, lakukanlah untuk tujuan yang lebih jauh, selamatnya Reformasi DJP adalah langkah awal selamatnya Reformasi Birokrasi di seluruh negeri.