Senin, 02 September 2019

Bang Jampang

ia pengembara di lini masa peran dan fungsi
berkibaran awan mengiringi
jabatan demi jabatan datang dan pergi
hanya sisa tanya di akhirnya, jejak apa terukirkan?

ia memulai semua dari kata nyaman
kantor adalah rumahmu jua
jika teras rumahmu nyaman untuk nikmati kopimu, maka kantor pun mestinya begitu
jika meja makan di rumahmu tempat asyikmu berbincang maka demikian pula kantormu

maka pepohonan dirapikan, kantin gelap disulap jadi kafe, masjid meluas, gudang kosong menjadi ruang-ruang bincang yang tenang

dalam nyaman otak dibiarkan berkreasi diam-diam

ia dan penugasan serupa joki dengan sang kuda
seliar apapun kan coba ia taklukan
tak mudah untuk katakan tak bisa, karena penyangkalan tugas hanya menutup pintu kemungkinan menuju sukses
katakan iya saja, lalu memeras tenaga untuk meraihnya

kita punya otak kenapa tak dioptimalkan?

lalu berlarianlah kuda berpacu
debu beterbangan
melecut dalam ringkik
kendali erat tergenggam
hanya titik yang dituju yang terlihat
hanya titik yang dituju yang terlihat

lalu memerciklah residu juang itu
menjadi kembang api dalam seduh kopi, nyanyian bersama, sajian berbuka di setiap pekan, berbagi ke sekitar tanpa henti, terus bergerak, terus bergerak

ini hanya aksi dari reaksi atas kenikmatan yang telah terlimpah
ini hanya bukti pengabdian
hanya tak ingin menyerah
hanya tak ingin berhenti
karena berhenti bisa membuat kita mati.

KPP Pratama Mampang Prapatan, 02/09/2019
Poetoe

Rivea

ia di seberang meja
di telan cahya seolah senja
kita eja makna
baris-baris kata

ia di bandara
hinggap di sebuah kota
kubayangkan ia
berjalan penuh harap

jarak jadi nada
berdendangan pada birama
hanya ingin membersama
lalui gawai semoga tak sia sia

masa depan ia seret
menyeberangi ruas masa
mimpi berterbangan di sisi sisi
doa doa berkibaran

28/08/2019
Poetoe