Kamis, 27 November 2014

Untuk Kantorku.

Sejarah memang tak mencatat semua pelaku sejarahnya, karena yang tercatat hanya mereka yang terhubung langsung dengan peristiwa-peristiwa besar saja. Namun jika kita paksa lebih detail lensa kamera kita, zoom in ke beberapa peristiwa besar lalu perhatikan lebih dekat, akan kita temukan banyak orang-orang hebat yang ikut terlibat dalam fragmen peristiwa-peristiwa sejarah itu.

Bagaimana dengan kita? Yang kita jalani hari ini tentu nanti akan menjadi sejarah bagi anak keturunan kita. Walau belum tentu sejarah itu tercatat, karena seperti di awal tadi, bahwa sejarah hanya mencatat peristiwa-peristiwa besar saja. Tidaklah penting dicatat atau tidaknya, namun yang menjadi penting untuk kita adalah seberapa peran kita dalam bangunan sejarah itu, ini akan menjadi ukuran kualitas seseorang, karena sebaik-baik seseorang itu adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Apakah kita sudah cukup bermanfaat?

Tempat kerja kita adalah kolam jika kita jadi ikan. Kita nyaman jika air kolam tetap jernih. Apa peran kita dalam menjaga suasana  kerja di kantor kita?

Membangun saluran-saluran komunikasi adalah salah satu pilar dari bangunan kenyamanan itu. Saluran komunikasi itu harus memadai untuk menampung isi hati para penghuninya. Dan saluran itu memang tak bisa dipaksakan dalam satu saluran saja. Karena setiap kita di usia matang tentu sudah memiliki banyak pengalaman-pengalaman yang mengendap menjadi keyakinan. Seberapa besar cawan hati kita untuk menampung beda itu pun tetap saja ada kemungkinan benturan. Walau demikian, idealnya memang, ada satu kanal besar yang menampung selokan-selokan kecil itu. Sehingga obrolan-obrolan yang terbangun secara informal itu bisa tetap rapi terstruktur. Sehingga aliran sederas apapun tak harus ciptakan gelombang yang menampar kanan dan kiri.

Demikianlah, setiap hari masih saja berusaha menjawab pertanyaan: apa peran aku dalam membangun suasana nyaman di kantorku.

Wallohu a'lam.

Sabtu, 08 November 2014

Bergerak Lebih Cepat

Dalam olah raga, bergerak lebih cepat selalu saja menguntungkan. Mungkin demikian juga dalam mengambil keputusan, semakin cepat berfikir akan semakin baik. Cepat kumpulkan data, lebih banyak siapkan alternatif, buat lebih banyak pilihan, pastilah keputusan yang diambil akan lebih berkualitas.

Teringat dulu, saat di sekolah ada teman yang terlihat malas belajar, namun selalu hebat dalam nilai akademis. Setelah mengenal lebih dekat, ternyata dia seorang yang rajin berfikir. Walau sambil nongkrong, ngopi, bahkan terkadang merokok, dia selalu sibuk menganalisa banyak hal. Bahkan gaya guru mengajar pun dia sudah terekam dalam ingatan secara gamblang. Pernah saat duduk di sebelahnya, di kelas, saat guru sampaikan materi, dia mencoret-coret di bukunya, aku lirik... ternyata dia sudah membuat soal latihan. Saat itu aku ambil kesimpulan, cerdas itu pasti tekun dan giat belajar. Walau belajarnya hanya dalam pikiran, dan secara fisik dia terlihat santai.

Dalam catur pun begitu, pecatur yg hebat, telah menyiapkan semua kemungkinan dari langkah sang lawan. Juga para petarung, setiap jurus selalu bersiap sambut jurus yang lain. Dan demikianlah idealnya saat mengambil keputusan, banyaknya data akan sangat mendukung. Dan tentu daya khayal kita yang mendukung untuk mengembangkan analisa atas data yang kita punya.

Sabtu, 01 November 2014

Mencari kesalahan diri.

"Jangan cari-cari salah dan aib orang lain, seringlah mencari salah dan aib diri sendiri... mudah-mudahan dengan begitu tidak akan ada waktu mencari salah dan aib orang lain..." kalimat mas Feri Susanto, pada suatu hari di MP FM. Mungkin hanya kalimat biasa, dan sudah juga sering kita dengar dari orang lain, tapi aku merasa perlu menyimpan kalimat ini sebagai pengingat buatku. Karena memang benar, kata pribahasa "Gajah di pelupuk mata tak nampak, kuman di ujung lautan nampak."

Waktu yang kita miliki itu sudah jelas. 24 jam. Sama dengan yang dimiliki oleh penduduk dunia lainnya. Waktu seolah gelas, yang tak bisa memuat melebihi batas kapasitasnya. Jika penuh akan meluap. Jika waktu diisi dengan kesia-siaan maka pasti kemanfaatannya tak punya tempat. Demikian sebaliknya. Seperti kesibukan mencari kesalahan orang lain pastilah akan membuat kita tak punya waktu cukup untuk mencari kesalahan diri sendiri. Demikian sebaliknya.

Dalam kaca mata agama, istighfar membuka pintu-pintu solusi atas banyak masalah. Bahkan untuk mendapatkan keturunan pun ada nasehat dengan perbanyak istighfar. Istighfar adalah permohonan ampunan. Dan permohonan ampunan dimulai dengan kesadaran atas kesalahan diri. Artinya Tuhan mengingatkan bahwa mulai dari kesadaran akan kesalahn diri itu lah pintu solusi akan terbuka. Akan berbeda jika kita sibuk menyalahkan orang lain, kita justru akan semakin terpuruk dalam belukar masalah.