Selasa, 14 Juli 2009

NOKE DJP dan Tahapan Budaya

Saya tidak cukup paham apa sebenarnya latar belakang lahirnya NOKE DJP (Nilai-nilai Organisasi dan Kode Etik Direktorat Jenderal Pajak), namun saya coba melihatnya sebagai satu proses perubahan, sebagaimana tahapan budaya. Dalam buku Strategi Budaya tulisan Prof. Dr. CA. Van Peursen, dijelaskan tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mitos; manusia sebagai subjek berada dalam dunia sebagai objek.
2. Ontologis; manusia sebagai subjek berjarak dengan dunia sebagai objek.
3. Fungsional; manusia sebagai subjek dan dunia sebagai objek saling terbuka menjalin satu hubungan.

Kondisi tempo doeloe, yang rekan-rekan sering bilang "jaman Jahiliyah", saya posisikan sebagai tahapan pertama, mitos. Bisa pula kita sebut sebagai "tesis".

Fiskus berada dalam sistem yang sulit untuk beranjak. Walaupun ada beberapa rekan yang mencoba memberi jarak pada sistem itu, walau akhirnya harus "dikucilkan" atau bahkan harus keluar dari DJP. Bahkan mereka harus rela mengganti "ikatan dinas"-nya, ini mungkin masuk dalam tahapan Ontologis. Ini adalah "antitesis".

Sejalan dengan reformasi, kondisi mendukung. Arus perubahan semakin nampak, lahirlah: NOKE. NOKE menjadi pijakan/acuan perubahan tersebut. Semestinya, pada tahapan ini, kita membuka diri. Seperti pada tahapan budaya yang terakhir: Fungsional. Berbenah diri, namun harus tetap beranjak dari pemahaman bahwa kita adalah manusia yang mau tidak mau punya masa lalu. Menjadi sintesa; membedah kondisi diri dengan pisau dingin perubahan. Selalu menggali potensi kebaikan pada masing-masing fungsi, dengan tetap berbekal "kesabaran" untuk selalu memaklumi keterbatasan kita.

Entahlah....

Senin, 06 Juli 2009

menyapa dan tersenyum di pagi hari...

Datang pagi, menyapa rekan2 satpam... lalu temen2 CS, OB... juga temen seperjuangan di kantor; pastikan sapaan itu ditambah senyuman... dan biarkan cahya mentari dan senyum lebar kita berkoalisi sebagai lukisan pagi yang berseri..seri.

Pastikan juga, ada cinta di setiap langkah kita; cintalah yang mendorong semua keindahan itu lahir...

Mengapa menyapa dan tersenyum di pagi hari begitu penting? Karena nanti, sepanjang hari ini, bisa jadi ada benturan, ada tekanan pekerjaan... ada duka, ada kesedihan yang dipaksakan kita untuk ikut merasainya... Jadi bekal sapaan dan senyuman pagi ini adalah energi kita untuk jalani hari ini, sepanjang hari ini.

Dan pagi menyentuh hati,
lewat mimpi yang berakhir dengan kuncup bunga
semua memenuhi rongga dada
ada kerinduan yang lirih bernyanyi,
ada cinta yang berdendang,
ada senyum yang kelewat indah....
ada kedukaan yang penat,
dan segala terjaga dalam pagi yang bening.