Kamis, 20 Januari 2011

konspirasi?

Kita disuguhi sajian berita yang selalu saja "bombastis". Tiba-tiba saja kejahatan itu menjadi begitu "biasa". Ada seseorang yang bisa sedemikian "berkuasa". Bisa seenaknya me"mainkan" hukum dan keadilan. Bahkan fakta yang ada di media, menjadi seperti kisah dalam komik saja. Yang aku khawatirkan jika akhirnya kejahatan itu menjadi demikian populer. Seorang penjahat menjadi tidak lagi perlu takut. Penjara toh hanya tempat rekreasi yang sama asyiknya dengan di villa. Huh! dan tidak perlu malu, karena koruptor justru akan menjadi populer dan keren....
Dan ini mungkin saja konspirasi. Sebuah sekenario besar, yang sudah lama dimainkan. Setelah para pengabdi kebaikan itu [baca: para reformis] membangun kebaikan yang sistemik itu. Perbaikan di semua lini. Dari sistem, sumber daya manusia, juga ketentuan perundangan yang melingkupi. Dan hasilnya cukup berhasil. Rasanya hal inilah yang memicu, para pengabdi "kesesatan" itu [para buto Cakil itu] mulai terusik untuk membangun skenario tandingan. Caranya bermacam-macam. Ada tipuan, intrik, penguasaan media, penyebaran budaya korupsi, jebakan.. dan sebagainya. Hiks....
Kok jadi semakin yakin... ini konspirasi. Hati-hati jangan terjebak pada fakta yang ada di berita, karena buto cakil itu sembunyi di belakang fakta; teringat kalimat seorang teman: "Hidup itu pola, orang baik membaca pola untuk kebaikan, begitu pun orang jahat membaca pola untuk kejahatan." [makasih pak Samon Jaya ]
Karenanya kita memang perlu membaca pola dalam hidup ini. Dan tentu tujuannya adalah untuk kebaikan. Agar kebaikan itu yang menjadi populer, bukan kecurangan. Kita perlu merencanakan kebaikan itu dengan lebih cermat dan terukur. Seperti kata Ali bin Abi Thalib r.a,  kebathilan yang sistematis akan mengalahkan kebenaran yang tidak sistematis....
 Wallohu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar