(Tulisan Ziza, seorang fiskus yang penyuka film)
Sudah
pernah nonton The Avengers tentunya
ya?? Film blockbuster yang direlease akhir April 2012 ini sukses
meraup Rp.13.2 Triliun dalam waktu satu bulan saja. Tentu saja bukan kesuksesan
The Avengers dalam meraup penghasilan fantastis yang memukau saya hingga ingin
menuliskan sesuatu tentang film ini.
The Avengers mengajarkan
saya tentang satu hal menarik, sinergi. Sesuatu hal yang mudah diucapkan namun
sangat sulit untuk dilaksanakan. Terutama karena sinergi melibatkan bukan hanya
satu orang, tetapi banyak orang dalam pelaksanaannya.
Ketika awalnya kita bicara
mengenai bakat yang dimiliki para Avenger mungkin akan terbayang bila Thor -dengan
kekuatan palunya yang sanggup menghancurkan apa saja-, Iron Man -dengan teknologi
baju roboticnya yang super canggih-,
Captain America -yang kuat-, Hulk -yang cerdas dan kuat-, Hawkeye sang Legolas
modern, serta Black Widow -yang mumpuni dalam bertarung- akan dengan mudah
menghancurkan kekuatan musuh dalam waktu singkat dan tentu saja, mudah.
Akan tetapi, bakat-bakat
unggulan itu dibarengi dengan sifat yang fatal, yaitu ego yang tinggi. Captain
Amerika merasa bahwa dialah prajurit senior yang seharusnya memimpin koordinasi
para Avenger, sedangkan Iron Man merasa bahwa dia sebenarnya bisa mengalahkan
musuh-musuhnya itu dengan teknologi yang dimilikinya, tanpa bantuan superhero
lainnya. Lain halnya dengan Hulk yang sensitif dan sering emosi ketika
mendengar kritikan dari Thor yang merasa dirinya dewa. Hanya Black Widow dan Hawkeye
-yang notabene hanya manusia biasa tanpa kekuatan super sangar- yang bersifat kalem
serta tertata emosinya melihat para superhero lain berlomba saling meninggikan
egonya.
Lalu, bagaimanakah nasib
penduduk bumi yang menggantungkan kelangsungan masa depannya pada pundak
mereka? Ketika Avengers masih sibuk berseteru dan sempat bertarung
sendiri-sendiri dengan para alien yang jumlahnya ribuan pastinya banyak korban
tak bersalah yang jatuh dan mati sia-sia. Hal itulah yang menyadarkan para
Avenger untuk terus bersinergi. Menggabungkan kelebihan kekuatan yang mereka
miliki untuk membela penduduk Bumi. Berkoordinasi mengenai strategi dan
akhirnya kompak bahu membahu melawan para alien jahat.
Anda tentu dapat membayangkan
susahnya menggabungkan enam orang superhero dengan bakat (dan ego) yang tinggi
dalam satu visi dan misi. Dalam film tersebut diceritakan butuh waktu (dan
tentu saja kerelaan) bagi para superhero untuk akhirnya bersatu dan kompak menghadapi musuh yang tangguh.
Nah, dari cerita panjang The
Avengers tersebut, dapatkah kita mengambil sesuatu yang penting untuk
digarisbawahi dalam keberlangsungan Direktorat Jenderal Pajak tercinta ini?
Kalau saya, tentu saja bakat unggul para DJP’ers serta keberagamannya.
Di Direktorat Jenderal
Pajak, walaupun dituntut untuk “bisa” dalam berbagai bidang, tentunya akan ada
pegawai-pegawai yang unggul dalam bidang atau keahlian tertentu. Kita bisa
melihat kelihaian Bapak Dedi Rudaedi berbicara dalam berbagai media menghadapi
pemberitaan negatif DJP belakangan ini.
Pun begitu, di level bawah,
saya pribadi kagum dengan para pegawai yang terpilih sebagai Pegawai dengan
Kinerja Terbaik Tahun 2012 (kebetulan saya terlibat sebagai panitia acara)
kemarin. Ketika bertemu dengan mereka, terasa sekali atmosfer unggul itu positif.
Dalam pikiran saya, langsung
tergambar bahwa mereka pasti pegawai yang benar-benar profesional seperti para
Avenger itu. Memiliki bakat dan pemikiran lebih maju dalam pekerjaan mereka. Walaupun
tak berbicara banyak, presentasi mereka menyingkapkan banyak hal mengenai ide
dan pemikiran cerdas tentang pekerjaan yang dihadapi dalam kesehariannya.
Tetapi, apakah dalam
keseharian itu, mereka bekerja sendiri? Apakah mereka tergolong “one man show” yang kelihatan unggul
dalam pribadi namun payah dalam kerjasama tim?
Ah, singkirkan jauh-jauh
perasaan itu. Sifat egois dalam pribadi mereka tak kelihatan sama sekali tuh. Yang ada malah sifat ingin
memperbaiki DJP secara bersama-sama, bersinergi dan satu kesatuan tim. Karena
mereka menyadari bahwa sinergi itu penting sebagai salah satu nilai-nilai
Kementerian Keuangan.
Pandangan saya sendiri,
sinergi kadang sesuatu yang “langitan”
banget. Apalagi bila bertemu dengan
orang-orang berbakat yang cenderung one man show . Wah, sudah pasti ego
tingginya yang akan selalu dikedepankan.
Terlalu pesimis, eh??
Mungkin saja. Untung saja pikiran buruk saya perlahan-lahan bergeser dengan
bertemunya saya dengan orang-orang berbakat yang positif. Selain bertemu dengan
para petugas yang terpilih sebagai Pegawai Berkinerja Terbaik tahun 2012, saya juga bertemu dengan orang-orang positif
di Forum Pelayanan Kanwil DJP Jawa Tengah I.
Dalam
forum tersebut terasa sekali bahwa sinergi bukan sesuatu mengenai keseragaman,
bahkan dibutuhkan keragaman dalam mencapainya. Keragaman dan perbedaan potensi
tersebut saling mengisi dalam level sistem, sehingga menimbulkan efek 1+1>2.
Waw, benarkah? Pasti benar.
Dalam salah satu artikel yang saya baca, sinergi berkaitan erat dengan salah
satu sifat dari sistem, yaitu emergence.
Emergence
adalah sifat yang muncul ketika elemen-elemen dalam sistem tersebut
disatukan dan dirangkai menjadi system
properties yang tentu mempunyai fungsi beberapa kali lipat dibandingkan
bila element-element properties tersebut bekerja sendiri.
Gampangnya, hal tersebut dapat
saya lihat pada menu makan siang saya yang terdiri dari nasi putih dengan lauk
rendang dan sayur daun singkong. Paduan pas dari elemen-elemen makan siang saya
membuat nilai tambah yang membuat saya lebih berselera makan daripada saya
harus makan nasi putih saja atau malah daging atau sayur singkong secara
terpisah.
Lalu, bagaimana menyatukan
segala macam perbedaan tersebut supaya pas dipadukan dan saling mengisi, bukan
saling bersaing atau malah menyerang? Jawabannya adalah niat baik, pengertian, sangka
baik, saling menghormati dan saling percaya.
Niat
baik akan menjadikan awal suatu pekerjaan terasa lebih ringan dan bersemangat,
seperti halnya semangat dr. Bruce Benner (Hulk) dalam pekerjaannya sebagai
peneliti. Pengertian akan membuat batas kesabaran seseorang terhadap kelemahan
yang lain menjadi lebih baik seperti sifat pangerten
sang Captain America, sedangkan sangka baik, saling menghormati, dan saling
percaya akan membuat tim lebih solid serta lebih maksimal sebagaimana Avengers
Team dalam menghadapi musuh-musuhnya.
Off
course, it’s always easier to say than to do. Tapi semua harus
belajar, belajar itu sendiri tidak terbatas waktu dan tempatnya bukan? So come on, lets start to learn about
1+1>2. The whole is greater than
the sum of its elements
Tidak ada komentar:
Posting Komentar